Our Blog

DAMPAK OUTWARD BOUND




Dampak Kegiatan Outward Bound Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) 
Herman Subarjah Sumardiyanto 

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan outward bound memberikan dampak positif terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ), dan untuk mengetahui seberapa besar dampak positif kegiatan Outward Bound terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan ex-post facto dengan pendekatan static group comparisson.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecerdasan emosi berupa angket (kuesioner). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan dari Outward Bound terhadap kecerdasan emosi. dan terdapat perbedaan yang signifikan dari kecerdasan emosi mahasiswa yang terlibat Outward Bound dengan frekuensi yang berbeda. 

Kata kunci : Outbond dan Kecemasan (Anxiety). 


Masalah keberhasilan dan kesuksesan segala bidang sudah pasti menjadi dambaan dan tujuan yang diimpikan setiap orang. Keberhasilan ini tentunya harus ditunjang dengan berbagai faktor yang dapat mendukung keberhasilan tersebut. Banyak orang berasumsi bahwa kualitas kecerdasan intelektual (IQ) dipandang sebagai indikator utama kesuksesan tersebut. Faktor kecerdasan intelektual (IQ) ternyata tidak bisa dijadikan sebagai jaminan seratus persen dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang.

Orang-orang yang kecerdasannya sedang-sedang saja seringkali mampu mencapai kesuksesan yang luar biasa. Menurut Dr. Daniel Goleman dalam Patricia Patton (2002:2) menyatakan bahwa, ”prosentasi kontribusi IQ dalam menunjang kesuksesan seseorang tak lebih dari 20 %, sisanya yang 80 % didukung oleh faktor-faktor lainnya termasuk kecerdasan emosional”. Khusus bagi mereka yang memiliki kecerdasan inelektualnya (IQ) tinggi, kecerdasan emosional (EQ) merupakan suatu asset yang sangat berharga yang dapat mendukung IQ yang dimilikinya. Bila seseorang EQ-nya rendah, maka dia kurang bisa mencapai kesuksesan pribadi walaupun memiliki IQ tinggi. 

Seandainya kita hanya menggunakan pikiran rasional sewaktu menghadapi cobaan atau tantangan-tantangan, kita cenderung bersikap analitis dan lupa mempertimbangkan perasaaan-perasaan orang lain. Mengenai hubungan antara IQ, EQ, ESQ, Ary Agustian (2003:100) menerangkan bahwa: “Emosi (EQ) lebih mudah tersentuh melalui panca indera, khususnya mata dan telinga yang lebih dipergunakan untuk melihat, mendengar, dan mengukur benda-benda konkret (IQ), hati adalah aspek spiritual (SQ).” Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, maka penulis juga akan sedikit menjabarkan mengenai outward bound yang juga merupakan bagian dari penelitian. 

Dewasa ini banyak perusahaan/instansi swasta, instansi negeri, instansi TNI bahkan sekolah-sekolah telah banyak menggunakan metode outward bound sebagai upaya untuk menentukan kenaikan jabatan atau pangkat, bahkan sebagai cara menyeleksi untuk menentukan penerimaan pegawai baru. Untuk pembinaan kepemimpinan pun metode ini sering dilaksanakan baik itu oleh instansi pemerintah maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, organisasi professional, juga oleh sekolah-sekolah. 

Dengan metode ini, karakter dan sifat seseorang dapat terbina baik fisik maupun mentalnya, karena metode pembelajaran ini dilaksanakan di alam terbuka yang tidak terbatas. Ada beberapa alasan kenapa banyak instansi menggunakan metode ini, seperti diungkapkan Jamaluddin Ancok (3:2002) “

Ada berbagai alasan kenapa metode Outbound Management Training (OMT) ini dipakai, antara lain sebagai berikut: 
1. Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi simulasi kehidupan sederhana 2. Metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman 
    (experiential learning) 
3. Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. 
Kecerdasan emosi (EQ) seseorang disini sangat berperan selain IQ. 

Banyak orang yang tidak dapat berhasil dalam melakukan kegiatan outward bound ini, yang terlihat sepele sekalipun. Berhasil yang dimaksud dalam hal ini adalah mau melakukan pembelajaran simulasi games sesuai dengan prosedur. Hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam kehidupannya nyata sehari-hari. 

Orang yang mengikuti simulasi ini dengan berbagai sifat dan karakter, dalam metode outward bound ini akan terlihat evaluasi akhir (refleksi) dan itu juga akan menunjang apakah seseorang tersebut akan berhasil atau tidak dalam melaksanakan pelatihan di alam terbuka ini. 

Ketika orang tidak bisa mengendalikan emosinya dia akan sulit untuk untuk menyelesaikan masalah sepele sekalipun. Dia akan cenderung untuk menggunakan nafsu yang dimilikinya dibandingkan dengan akal sehat dan hati nuraninya. Orang yang selalu terkendali dalam menggunakan emosinya, dia akan cenderung untuk menyikapi semua permasalahan dengan bijaksana. 

Dengan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh outward bound yang belakangan sering dilakukan oleh banyak perusahaan/instansi serta sekolah terhadap kecerdasan emosi (EQ).

Pada penelitian ini akan mencoba menggali sampai sejauh mana peranan outward bound terhadap kecerdasan emosi (EQ) dalam kehidupan untuk keberhasilan. 

Selain itu metode outbound dapat dengan menggunakan petualangan (adventure) yang menggunakan alam sebagai medianya. Didalamnya akan diberikan berbagai bentuk permainan yang disesuaikan dengan tujuan dari kegiatan outbound yang hendak dicapai oleh peserta kegiatan. 

Oleh karena itu sebelum dilaksanakannya outbound perlu diadakan survey awal mengenai tujuan peserta kegiatan untuk melakukan outbound. Beberapa pendapat mengatakan bahwa belajar di alam akan lebih efektif serta memerlukan tahapan, karena orang akan merasakan langsung apa yang dipelajarinya secara bertahap. Alam akan memberikan pengalaman yang secara nyata dapat dirasakannya secara langsung. Segala bentuk kejadian yang dialami di alam terbuka akan membekas dan menjadi pengalaman yang mungkin tidak bisa dilupakan. Berkaitan dengan proses belajar yang efektif serta memerlukan tahapan untuk lebih mudah mendapakan pengalaman secara langsung, Boyet dan Boyet (1998) dalam Ancok (2002:6), menguraikan sebagai berikut : 
1. Tahapan pembentukan pengalaman (experience) 
2. Tahapan perenungan pengalaman (reflect) 
3. Tahapan pembentukan konsep (form concept) 
4. Tahapan Pengujian Konsep (test concept) Experience Test Concept Reflect Form Concept  

Begitu pula dalam metodologi kegiatan outbound, konsep seperti yang dikemukakan diatas juga digunakan sebagai konsep dalam kegiatan ini. 
1. Tahap Pembentukan Pengalaman (experience) 
Pada tahap ini peserta kegiatan diberikan suatu pengalaman yang langsung akan dirasakannya. Apa yang dikatakan orang lain tentang kegiatan outbound akan dirasakannya setelah dia mempraktekan dan mencobanya. 

2. Tahap Perenungan Pengalaman (reflect) Dala kegiatan outbound ada yang disebut dengan debrief (wawancara), yaitu mengemukakan pengalaman dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Seorang instruktur (facilitator) akan memancing peserta kegiatan untuk mengemukakan pengalaman apa yang dirasakan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 

3. Tahapan pembentukan konsep Selanjutnya setelah peserta mengemukakan pengalaman yang dirasakannya, ditanyakan mengenai makna dari kegiatan yang telah dilaksanakannya. Peserta dengan bantuan instruktur mengemukakan mengenai makna yang terkandung dalam kegiatan. 

4. Tahapan pengujian konsep Dalam tahap ini peserta kegiatan diajak untuk merenungkan hasil kegiatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan situasi lingkungannya, baik lingkungan kerja, sekolah, ataupun masyarakat luas. 

Tokoh aliran Empiristik yaitu : William James, Carl Lange, Canon, Brad, Schacter, dan Singer. Memaparkan bahwa aliran empiristik terdapat tiga teori emosi yaitu: 
a. teori James-Lange; 
b. teori Cannon Bard; 
c. teori Schachter-Singer. 

Isi dari keiga teori tersebut adalah sebagai berikut: 
a. Teori James –Lange Carl Lange dan James, mendefinisikan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. 
b. Teori Cannon-Bard Walter Cannon danBard, menyatakan bahwa peranan emosi berada di thalamus atau cerebellum yang merupakan bagian inti pusat otak. Kemudian bahwa thalamus memberikan respon terhadap stimulus yang membangkitkan emosi dengan mengirimkan impuls secara serentak kebagian tubuh yang lain. 
c. Teori Schachter-Singer Schachter dan Singer, mengemukakan bahwa emosi merupakan fungsi interaksi faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. 

Individu menggunakan informasi dari pengalaman masa lampau dan persepsinya tentang keadaan saat ini menginterprestasi perasaanya. Interprestasi ini akan menentukan keadaan emosional mereka. Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.

Warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu. Contohnya: gembira, bahagia, putus asa, terkejut atau benci. Goleman (1997:411), menggolongkan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut: 
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan dan yang paling hebat tindak kekerasan dan kebencian patologis. 
b. Kesedihan: pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan ditolak, putus asa dan depresi berat. 
c. Rasa takut: takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir waspada, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panik. 
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan mania. 
e. Cinta: persahabatan penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasadekat, bakti, hormat dan kasmaran. 
f. Terkejut: terpana dan takjub. 
g. Jengkel: hina, jijik, muak dan benci. 
h. Malu: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. 

Metode Penelitian Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan static group commparisson. Objek penelitian yang digunakan adalah para mahasiswa program studi Pendidikan Olahraga angkatan 2005/2006 yang mengikuti perkuliahan outdoor education dan telah mengisi formulir kesediaan mengikuti aktivitas outward bound sebanyak 143 orang. 

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan metode sederhana yaitu di undi untuk memperoleh sampel sebanyak 30 sampel. Selanjutnya peneliti mengambil mahasiswa lain yang tidak mengikuti program outward bond sebagai kelompok kontrol yang jumlahnya sama dengan jumlah objek/sampel yaitu 30 orang. Kelompok ini diambil datanya sebagai kelompok pembanding eksternal dari objek/sampel yang diteliti. Kelompok kontrol yang digunakan ini juga diambil dengan cara acak (random). 

Waktu penelitian 3 bulan terdiri dari satu bulan materi teori dan dua bulan materi praktek. Penelitian dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2008. Setiap minggu 2 kali pertemuan yakni hari sabtu dan hari minggu. Adapun lokasi penelitian dilakukan di sekitar arena gelanggang olahraga Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia. 

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Adapun angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap dan kongkret sehingga responden hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan. Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih rinci. 

Adapun instrument tes tentang kecemasan (anxiety) mencakup ; Kecemasan Komunikasi, Kecemasan Studi, Kecenderungan Menyendiri, Menghukum Diri sendiri, Terlalu Sensitif, Kejala keluhan jasmani, Perasaan khawatir, dan Mengikuti kata hati. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada sampel sejenis yang tidak termasuk dalam penelitian sebagai kontrol. Hasil 


Berdasarkan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa kegiatan outward bound memberikan dampak yang signifikan terhadap kecerdasan emosi para mahasiswa FPOK UPI. 

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data statistik dapat disimpulkan bahwa 
(a) Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ), 
(b) Aspek kecerdasan emosi yang dominan dimiliki para mahasiswa setelah melakukan program outward bond adalah sebagai berikut; 

* Aspek kecerdasan emosi; amarah dan kenikmatan cenderung rendah dan sedang, * Sedangkan aspek kecerdasan emosi ; rasa takut dan kesedihan cenderung sangat tinggi dan tinggi. 

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ternyata program Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap penurunan kecemasan (anxiety). 

Saran :
1. Diharapkan program outward bond dapat diberikan kepada seluruh mahasiswa FPOK-UPI karena melalui pogram outward bond yang terencana dan dipersiapkan dengan baik dapat memberikan dampak yang positif bagi para mahasiswa. 
2. Perlu dikembangkan lagi model program outward bond yang lebih spesifik dan terencana dengan baik, untuk kebutuhan pengembangan aspek psikologis lainnya, seperti pengendalian kecemasan, peningkatan motivasi berprestasi, kerja sama kelompok dan sebagainya. 
3. Program Outward bond hendaknya dijadikan salah satu program unggulan, dan menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan keterampilan psikologis mahasiswa. 
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan program outward bond sehingga dapat memberikn manfaat yang lebih baik bagi pesertanya. 



DAFTAR PUSTAKA 

Ancok. Djamaludin, 2002, Outbound Manajemen Trainning, Yogyakarta: Uli Press. Gunarsa. D. Singgih, 2004, Psikologi Olahraga Untuk Meningkatkan Prestasi Atlet, dalam Simposium Psikologi Olahraga, Jakarta: Tidak diterbitkan. Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta: C.V. Tambak Kusuma. Hahn. Kurt, 1985, www.outwardboundUSA.com diakses tanggal 3 Oktober 2005. Herman, 1999, Program Outdoor Education Sebagai Model Pengembangan Kemampuan Berfikir Kreatif & Sikap Kreatif Siswa di SLTP, Tesis, Manajemen Pelatihan Olahraga, IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Jeffers. Susan, 2004, dari Kelemahan Menuju Kekuatan, Strategi Mengatasi Kecemasan dan Menjadikannya Sebagai Kekuatan Jiwa, Yogyakarta: Tugu Publisher. Karlisch R Kenneth, 1979, The Role Of The Instructor In The Outwardbound Educational Process, Winconsin: Three Lakes. Kriswandaru, www.psikologi.net/article70.htm diakses tanggal 27 Agustus 2005. Kusumowidagdo. Joko, 2002, Outwardbound Indonesia, www.outwardboundindo.org diakses tanggal 4 Juli 2005. Snow Harrison, 1992, The Power Of Team Building, San Diego California: Pfeiffer & Company. Sobur Alex, 2002, Psikologi Untuk Semua, Jurnal: Tidak diterbitkan.



www.kemah-alam.com/outbound.htm ,akses tanggal 8 Juli 2005. 
www.outwardboundinternational.com ,akses tanggal 3 Oktober 2005.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VIRUS PETUALANGAN Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.